Di hari sabtu yang lumayan terik itu, kami (saya, suami dan anak) pun berangkat dari RS Pondok Indah setelah suami selesai konsultasi kesehatan, menuju museum layang-layang.
|
Diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata saat itu |
Senang banget kalau harus berkunjung ke museum. Museum Layang-layang Indonesia ini berlokasi di Jl. H. Kamang No. 38, Pondok Labu - Jakarta Selatan. Museum yang didirikan pada 21 Maret 2003, dimiliki oleh seorang wanita yang cinta akan layang-layang bernama Ibu Endang W. Puspoyo yang berasal dari Jawa Tengah. Banyak penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) karena telah memecahkan rekor sebagai pemrakarsa dan penyelenggara pembuatan layang-layang berbentuk diamond terbesar di tahun 2011 serta penghargaan kepariwisataan indonesia pada tahun 2004.
|
Penghargaan dari MURI |
Museum layang-layang ini memliki luas sebesar 1 hektar yang terdiri dari beberapa bangunan, yaitu : bangunan audio visual, bangunan pemilik rumah, bangunan untuk ruang pamer, bangunan tempat pembelian souvenir dan juga bangunan untuk acara-acara penting seperti resepsi pernikahan ataupun untuk acara lainnya. Di museum ini juga terdapat ruang pamer batik, yaitu batik-batik merupakan koleksi pemilik museum ini.
Awalnya agak sulit mencari lokasi museum-nya dikarenakan memang masuk ke jalan-jalan yang agak kecil, dan akhirnya sampai juga di museum yang lumayan asri itu.
Tiba di lokasi, kami langsung membeli tiket seharga Rp. 15.000,- per orang, baik dewasa maupun anak-anak. Harga tersebut sudah termasuk tiket masuk museum, audio visual (menonton pertunjukan layang-layang) dan juga cara membuat layang-layang.
|
Tiket masuk yang cukup murah termasuk belajar membuat layang-layang |
Tawaran lain dari petugas museum adalah, melukis layang-layang dengan pilihan yang besar ataupun yang kecil. Saya pun memilih layang-layang yang besar dengan harga Rp. 50.000,- per layangan, sedangkan untuk layang-layang yang kecil cukup membayar Rp. 40.000,- saja.
Untuk mengawali kunjungan di museum ini, kita diajak petugasnya untuk melihat tayangan di layar kaca tentang asal muasal layangan, banyak macam layangan dari berbagai daerah dan berbagai negara sampai tayangan festival layang-layang yang diadakan di beberapa daerah atau di beberapa negara.
Setelah menyaksikan tayangan melalui layar kaca, kemudian kami mulai memasuki ruang pamer di museum tersebut. Banyak sekali layang-layang indah dan cantik yang ada di ruang pamer tersebut. Museum ini mengkoleksi lebih dari 200 buah layang-layang dari berbagai daerah di Indonesia dan berbagai negara di dunia dan akan terus bertambah koleksinya. Di museum ini terdapat 2 (dua) macam layang-layang Dewi Sri, yatiu dari Jawa Barat dan Bali.
|
Kami berpose di depan layang-layang Dewi Sri dari Jawa Barat |
|
Sabila yang cantik dan suka museum |
Yang menarik hati saya adalah layangan Dewi Sri dari daerah Jawa Barat dengan gambar merak di layang-layang tersebut dan juga 2 (dua) buah layang-layang dari Malaysia yang sangat indah menurut penglihatan saya. Setiap layang-layang di museum ini mempunyai makna tersendiri, seperti layang tapean yang berasal dari Banyuwangi - Jawa Timur yang diterbangkan apabila pada musim panen padi.
|
Sabila di depan layang-layang Dewi Sri dari Jawa Barat |
|
Layang-layang dari Malaysia |
|
Layang-layang dari Malaysia |
|
Layang-layang dari Belanda |
|
Layang-layang dari Belanda |
|
Layang-layang dari Banyuwangi yang diterbangkan pada saat musim panen padi tiba |
Layang-layang yang ada di museum ini pernah diterbangkan minimal 2 kali dan rata-rata layangan di museum ini sudah pernah mengikuti event khusus, seperti festival layang-layang atau sejenisnya di beberapa daerah ataupun beberapa negara.
Setelah keliling melihat aneka layang-layang, kami pun diajarkan membuat layang-layang (ini sudah termasuk dalam harga tiket, seperti yang saya ungkapkan diatas). Disediakan bambu yang sudah dirakit, hanya tinggal pasang kertas dan ukur benang sama rata supaya layang-layang seimbang waktu diterbangkan.
|
Memberi lem pada rangka layang-layang |
|
Layang-layang yang sudah jadi tinggal di gambar dan di warnai |
|
Sabila mewarnai kupu-kupu pada layang-layang kecil |
Layang-layang yang sudah jadi, kemudian di lukis atau di gambar sesuka hati kita, asalkan bagus. Selesai membuat layang-layang dan menggambar di layang-layang kecil, kami pun mulai melukis di layang-layang yang besar sesuai dengan yang telah dibayarkan bersama tiket masuk tadi. Layang-layang besar ini tidak gampang robek dan juga bisa dilipat karena terbuat dari bambu yang kokoh dan berbahan parasut. Selanjutnya kami minta bantuan petugas museum untuk menggambar di layang-layang parasut tadi karena sayang kalau gambar yang kami buat akan terlihat jelek.
|
Petugas museum membantu menggambar dan melukis layang-layang besar milik kami |
|
Melukis di layang-layang berbahan parasut |
|
Mencoba menerbangkan layang-layang |
Sudah sore hari dan kami akhirnya memutuskan untuk pulang dengan membawa 2 layang-layang dari kertas minyak, 1 layang-layang dari kertas biasa dan 1 layang-layang lipat yang terbuat dari bahan parasut tadi.
Sungguh senang dan amat sangat banyak cerita yang bisa kami dapatkan dengan berkunjung ke museum layang-layang ini karena jadi tahu dari mana saja layang-layang berasal.
4 komentar:
Ituu pake kertas ap y gan?
Itu kertasnya pake kertas ap ya gan
Itu buatnya pake kertas ap y gan?
Aji
Posting Komentar